Bisa ngitung apa aja barang ‘made in Japan’ di sekitar kita? Udah pasti berkurang karena sekarang banyak banget barang-barang bagus dari negara lain. Tapi nama ‘Made in Japan’ sekarang terdengar sangat classy.
kalo balik ke tahun 90-an awal, masih sempet orang mencari LD player (lupa ya? Laser Disc Player. itu lo yang CD-nya segede pizza ;)) masih pengen barang-barang dari jerman, seperti Pioneer.
Tapi di luar kepiawaian dalam teknologi, ada juga beberapa hal yang unik di negara matahari terbit itu. Kreativitas dan originalitas bener-bener hal yang menonjol. Kalo mengingat acara-acara televisi berbau Jepang dengan tema adu kreativitas tampil di panggung dan disiarkan di TV, kadang ada sekumpulan orang untuk membuat aliran ombak, atau kadang hanya dimainkan 2 orang tetapi bisa menceritakan sebuah situasi rumah tangga.
Seingat cumi-cumi ketika masih berenang di daerah Hiroshima,di daerah selatan daratan negara itu, originalitas bahkan tercermin dari setiap warung mie. Loh kok warung mie? Karena ternyata setiap warung mie membuat sendiri adonan mie, dan bahkan kaldunya-pun diracik sendiri dengan resep rahasia keluarga.
Senioritas, agak feodalis, agak tertutup. Mungkin memang ngga semua hal-hal harus diikutin. Kreatif, basis kultural dan tradisi yang kuat. Mungkin bisa jadi inspirasi. Tapi mungkin semua itu udah ada di kita?
Pernah ada yang bikin resolusi sebelum awal tahun?
Kira-kira setahun yang lalu, sekitar bulan november-desember, cumi-cumi pernah membuat resolusi 2008. Dulu belom punya blog., jadi di-share ke milis teman-teman kuliah.. Kira-kira waktu itu saya ada di Lampung, menuliskan resolusi tahun 2008 di warung internet di kota itu.
Karena sudah agak lama, saya coba untuk membuka-buka lagi email saya untuk melihat apa yang saya tulis disana. Kira-kira bunyinya seperti ini:
Resolusi tahun 2008:
1. Punya pacar
haha.. ini karena diakhir tahun ini ceritanya saya sedang berjomblo. kabar baiknya untuk resolusi yang nomer wahid ini tercapai. Amiinnn.. (ada mba cumi-cumi)
2. Bisa bahasa Cina
Dari dulu.. pengen banget bisa bahasa mandarin internasional. Udah tanya sana sini.. untuk kursus mandarin yang bagus. Tapi emang katanya perlu menahun ya untuk bisa bahasa mandarin? Haha.. Dan berhubung selama setahun ini tempat tinggal saya berpindah setiap 3 bulan.. maka belum bisa ikut dalam kursus mandarin. Baca lebih lanjut
Filed under: Flash back | Tag: Jualan, sunday morning, Sup jagung, The Bantengs
Ada yang pernah dateng ke Sunday Morning?
Yaks! Ini ceritanya mirip dengan Parkir Timur Senayan kalo hari minggu.. tempat olah raga yang kalo agak siangan (mulai jam 9) ada banyak pedagang2 dadakan yang menjajakan bubur ayam hingga pakaian dalam (beneran lho!). Nah kalo kalian pernah tinggal agak lama di Jogja.. pasti tahu adanya Sunday Morning setiap hari minggu di lingkungan kampus UGM.
Berawal dari penasaran.. akhirnya kepengen untuk nyoba jualan di sunday morning. Diprakarsai oleh Mahasiswi sastra bernama Galuh dan Fara, beserta Dhila dan juga yang setuju terhadap ide, antara lain adalah gw, dicky, ipit, dan tyas.
Oke. Meeting kecil2an pun diadakan di kontrakan gw yang homy dan penuh cerita lucu (baca: Kisah Kontrakan). Akhirnya setelah mengalami perdebatan panjang, diputuskan untuk menjual sup jagung dengan garlic bread.
Sekenario jualan:
1. Yang dijual harus enak. Ini sudah diuji coba dengan mengadakan pre-eliminary masak satu minggu sebelumnya. Dan ternyata enak.
2. Harus kelihatan (visibility-nya oke). karena itu kita memutuskan untuk pake seragam kontrakan yang berwarna mayoritas ungu. Pasti keliatan.
3. Harus pagi-pagi. kenapa? ya supaya dapet tempat donk.. hehehe Baca lebih lanjut
Terinspirasi sama bu guru di commentnya,,
Jadi inget sama kegiatan yang udah lama banget. Namanya FAST alias Fight and Survival Training. Ini bukan kegiatan Pecinta Alam tapi ini adalah kegiatan gw pas SMA kelas 3 untuk ngadepin SPMB. Aneh ato keren?
Jadi emang tujuan kegiatannya supaya kita ngga cepet menyerah, ngga gentar dengan segala bentuk rintangan, dan macam-macam. Caranya.. dengan mengikutkan kita ke kegiatan naik gunung dengan segala rintangan dan kesulitannya (tas berat, ujan deres, gelap, dingin). Intinya FAST sih yah naik gunung selama 3 hari pake tas keril (bener ngga tulisannya??) trus ujan2an sambil push up hampir setiap 30 menit sepanjang hari. Mirip sama Survival Training cuma versi ringannya. dan satu lagi bedanya.. pesertanya 100an orang!
Karena emang kita bukan orang yg suka naik gunung, jadi emang agak aneh kalo pertama kali ngelakuin. Bareng2 lagi.. Hari pertama tidur di tenda yang menyenangkan.. karena empet-empetan sama temen satu grup. Yang paling aneh karena pagi harinya tiba-tiba temen gw bernama oneth berteriak:
“Ada bison!! Ada bison!!”
Mampus gw.. lagi enak2 pengen gosok gigi masa gerombolan kita mau ditabrak sama gerombolan bison?? Baca lebih lanjut